Seorang remaja putri datang ke klinik hewan saya dan mengeluh tentang Shih Tzu (sejenis anjing mainan)-nya menderita penyakit kulit. Gadis itu takut tertular penyakit kulit dari anjing kesayangannya. Saya menemukan peradangan kulit yang terjadi pada hampir seluruh badan anjing. Anjing yang seharusnya menarik pun saat itu terlihat gemetar dan amat menderita. “Apa penyakit kulit anjing saya dapat menulari manusia, Dok?” tanya gadis itu.
Sebagai dokter hewan, saya sering menjumpai kasus penyakit kulit pada hewan kesayangan yang biasanya lebih banyak dijumpai pada anjing, kucing liar, atau hewan peliharaan yang kurang mendapat perawatan. Penyakit kulit akan amat menjengkelkan baik bagi hewan maupun pemiliknya, dan dapat menjadi penyakit kambuhan bila tidak ditangani serius. Orang biasanya akan menelantarkan hewan kesayangannya bila penyakit kulit yang sebenarnya bisa disembuhkan, karena tidak segera ditangani dengan benar, justru menyebabkan komplikasi lebih parah.
Biasanya, sebelum penyakit kulit terjadi, lebih dahulu hewan terkena kutu yang tidak diketahui pemiliknya. Serangan kutu ditandai dengan seringnya hewan menggaruk-garuk badan. Ini tentu saja menyebalkan, bukan hanya bagi pemilik, tetapi juga hewan sendiri.
Kutu termasuk parasit di luar tubuh (ektoparasit) yang perlu dikontrol rutin oleh pemilik hewan. Mengapa? Karena kutu akan mengisap darah hewan yang ditumpangi, dengan cara merusak pembuluh darah terkecil (kapiler). Bagi hewan yang sensitif, rusaknya kapiler darah dan sekresi ludah kutu (yang mengandung neurotoksin) akan menimbulkan reaksi alergi, sehingga hewan bersangkutan akan memperlihatkan gejala kegatalan kulit. Hewan yang memiliki cukup banyak kutu akan menggigit-gigit, menggaruk-garuk serta menggosok kulitnya sehingga merusak lapisan luar kulit (epidermis) yang kemudian menimbulkan kerusakan (iritasi) pada kulit. Iritasi ini dapat meluas menjadi bentuk peradangan kulit yang bila tidak segera diobati akan menghasilkan bentuk klasik berupa rontoknya rambut yang secara nyata diikuti kebotakan dan penebalan kulit (hiperkeratosis). Akibatnya, selain kulit hewan kesayangan menjadi buruk dan rusak, iritasi lokal kulit akan menimbulkan infeksi yang mempermudah masuknya kuman penyakit seperti virus, jamur, parasit, dan infeksi bakteri.
Akibatnya, hewan menjadi tidak tahan terhadap penyakit, karena isapan darah oleh kutu dapat menyebabkan anemia, berat badan menurun, dan mengurangi nafsu makan selain mengganggu kegembiraan hewan itu sendiri.
Karena itu, bila anjing atau kucing memperlihatkan gejala kegatalan, sebaiknya kita mewaspadai adanya serangan kutu. Sebaiknya kita segera memisahkan anjing dan kucing yang terserang kutu itu dari yang sehat, karena ada beberapa jenis kutu hewan yang dapat terbang jauh dan menulari hewan kesayangan lainnya.
Sumber
_____sincerely______
Astaga bahaya juga ya sob kutu anjing atau kucingnya ya..hee
BalasHapuspelihara sapi, bahaya anthrax, babi = flu babi, pelihara burung= flu burung, pelihara kucing atau anjing= bahaya kutu, wah harus hati2 ne, mkasih infonya
BalasHapusSaya pernah baca kalau kutu kucing tidak suka bau lemon. Kucing di rumah yang ada kutunya, dilap dengan tisu basah wangi lemon, kutunya langsung pergi.
BalasHapusterima kasih infonya sob, semoga kita bisa lebih hati-hati dalam menjagahewan peliharaan..
BalasHapus