Sabtu, 23 Februari 2013

Pulau Kucing di Jepang


"Kalau dilihat desa ini seolah begitu damai. Tapi kalau misalnya ada kebakaran, tidak ada yang bisa menolong kami. Saya berharap banyak anak muda pindah ke sini. Di Tashiro banyak warga yang mau mengajari mereka cara menangkap ikan," ungkap Yutaka Hama, 49, sebagai pimpinan badan promosi wisata Tashiro. Apa yang diungkap Yutaka Hama bentuk dari keresahan dari seluruh warga yang hanya 100 warga, dengan rata-rata usia di atas 70 tahun. Untuk menarik minat dan sebagai magnet dalam kampanye pada wisatawan hingga akhirnya menambah jumlah penghuni Desa Tashiro menfaatkan keberadaan kucing yang banyak berkeliaran.


Yutaka Hama  mengaku baru beberapa tahun pindah ke Tashiro karena tertarik dengan adanya
kucing di desa itu. Kini ia bersama Aiko, istrinya, mencari nafkah sebagai pengelola penginapan dan nelayan. Aiko, sejauh ini merupakan perempuan termuda di Desa Tashiro, usia 37 tahun. Selain Aiko, kebanyakan perempuan Tashiro sudah berusia di atas 60 tahun.

Tashiro tidak dihuni seekor anjing pun. Selain itu, pemandangan yang biasa terlihat di kota-kota modern di Jepang juga absen. Sebut saja misalnya toko serba ada, lampu lalulintas sampai anak-anak. Populasi manusia di situ telah menurun sepuluh kali lipat sejak 1960, karena banyak warga pindah ke kota lain.

Kapal feri penghubung ke pulau ini biasanya hanya mengangkut 10-20 penumpang per hari setelah musim panas. Namun sejak September lalu, jumlah itu meningkat dua kali lipat di hari biasa dan lebih dari tiga kali lipat pada akhir pekan. "Kami lihat makin banyak yang datang membawa kamera dan makanan, bukannya alat pancing," ujar seorang pegawai kapal feri Ajishima. Ditambahkannya, para turis tetap datang meski sudah dekat musim dingin.

Ternyata ini dampak dari tayangan sebuah stasiun televisi membuat acara tentang Jack the Lop Ear, seekor kucing jantan belang hitam-putih. Sehingga Desa Tashiro dijuluki "Pulau Kucing". Sekarang Jack adalah atraksi utama di kotanya. Gerak-geriknya yang lamban dibanding kucing lain malah membuat popularitasnya meroket.

"Saya begitu senang bisa melihat Jack. Setelah pensiun, saya mau tinggal di sini saja," tutur Shiho Amano, 18, yang menyukai kucing. Amano khusus datang dari Nagoya ke Tashiro untuk menyaksikan pameran foto yang digelar badan promosi wisata. Telepon genggamnya sudah penuh oleh foto-foto kucing terkenal itu.

Jack bukan kucing pertama yang menjadi idola nasional di Jepang. Bukan juga yang pertama mampu membawa keberuntungan untuk sebuah wilayah. Tahun lalu seekor kucing bernama Tama diangkat sebagai "pimpinan" stasiun kereta api Kinokawa di prefektur Wakayama.Sebuah topi kepala stasiun pun diberikan kepadanya. Kehadiran Tama menggiring turis ikut datang ke kota kecil tersebut.
_____sincerely_____

Tidak ada komentar:

Posting Komentar