Sebuah survei tak resmi yang dilakukan terhadap sejumlah penduduk di Jakarta mengungkapkan, sebagian besar mereka hanya memiliki pengetahuan terbatas tentang fakta yang benar tentang parasit, toxoplasma dan penyakit toxoplasmosis yang diakibatkan oleh parasit itu.
Semua peserta survei mengatakan, mereka akrab dengan nama penyakit tersebut dan penyakit itu bisa berbahaya bagi bayi-bayi yang belum lahir. Namun, tak seorangpun tahu bagaimana penyakit itu ditularkan kepada manusia, atau bahwa daging merupakan sumber lain dari infeksi ini. Beberapa peserta survei mengatakan, mereka yakin jika memegang atau memelihara seekor kucing, mereka bisa tertular penyakit itu.
“Banyak orang berfikir bahkan dengan hanya menyentuh seekor kucing saja, mereka bisa tertular penyakit tersebut,” kata dr. Siti Zaenab, dokter hewan yang membuka praktek bersama suaminya, dr. Gunadi Setiadarma, di kawasan Jakarta Selatan.
“Mereka tidak berpengetahuan luas. Para wanita yang berencana menikah, datang ke tempat praktek kami khusus untuk menanyakan bagaimana mereka bisa tertular dan apakah aman untuk memelihara seekor kucing,” katanya. Menurut Siti Zaenab, ia hanya menemukan sedikit kasus toxoplasma pada kucing. Lalu, dimanakah tepatnya parasit itu berada dan seberapa mudah orang untuk tertular toxoplasma ?
Toxoplasma terdapat dalam kotoran sejumlah kucing dan daging sapi yang dimasak kurang matang. Masuknya spora-spora dari sumber-sumber tersebut ke dalam mulut anda, bisa mengarah kepada ketularan parasit tersebut. Kucing-kucing bisa terkena parasit itu karena menangkap tikus atau binatang liar lainnya. Tetapi, sulit untuk mendeteksi apakah kucing anda memiliki parasit itu, karena hewan-hewan ini jarang memperlihatkan efek-efek yang jelas pada minggu-minggu pertama penularan. Namun demikian, spora-spora bisa memancar ke dalam kotoran-kotoran kucing. Dalam sebuah kotak kotoran kucing, diperlukan waktu satu sampai lima hari sebelum spora-spora itu berkembang. Oleh karena Siti menyarankan agar kotak kotoran kucing dibersihkan setiap hari untuk mengurangi resiko tertular penyakit tersebut.
Di Amerika Serikat, menurut dr. Susan Hall dari Perkumpulan Dokter Hewan bagi Hak-hak Binatang, sebagian besar kasus penyakit itu pada manusia terjadi karena makan daging tidak matang, terkontaminasi hewan atau makan sayuran yang tidak dicuci. “Hasil-hasil penelitian menunjukkan tidak ada korelasi antara insiden toxoplasmosis dengan kepemilikan kucing,” katanya. “Tidak adil menyalahkan kucing, karena kucing dikenal sebagai “tuan rumah” yang baik.” Menurut Hall, bahkan di AS para dokter masih mengatakan kepada para wanita hamil untuk membuang kucing mereka.
Antibodi
Sedangkan menurut dr. Gunadi, wanita yang memiliki seekor kucing beberapa waktu sebelum hamil mungkin akan membangun resistensi terhadap penyakit itu melalui kedekatannya dengan kucing yang mengarah pada tumbuhnya antibodi. “Namun, jika seorang wanita sedang hamil baru memelihara seekor kucing, dia mungkin berada pada resiko tinggi,” katanya.
Para dokter menganjurkan kaum wanita untuk mengenakan sarung tangan saat memegang daging mentah, kotak kotoran kucing atau ketika berkebun. Segeralah mencuci tangan setelah itu. Sebagai suatu tindakan pencegahan, kaum wanita sebaiknya meminta dokter kandungan untuk mengambil contoh darah guna melihat apakah sudah memiliki antibodi untuk toxoplasma. Laboratorium menawarkan dua macam tes toxoplasma untuk IgG dan IgM. Tes IgG memeriksa apakah seseorang telah terkena penyakit itu di masa lalu. Sedangkan IgM mengecek apakah sekarang ada infeksi aktif dalam tubuh atau tidak.