Gara-gara melihat anak nya peor, otakku kembali berputar mengingat kucing-kucing yang pernah ada di kawasan rumahku. Kebetulan masyarakat yang ada disekitar rumahku rata-rata menyukai kucing. Khususnya para sepupuku , Lia, Khadijah, Amu dan lain-lain (gak bisa nyebutin satu-satu). Mungkin itu salah satu faktor mengapa aku bisa menyukai kucing sampai saat ini.
Semua itu berawal ketika aku duduk di bangku sekolah dasar. Dimulai pada tahun 2005, saat itu banyak banget kucing di kawasan kami. Ada Bubu yang kami juluki nenek tercantik, karena fisiknya seperti kucing ras. Padahal kenyataannya Bubu itu adalah kucing kampung. Semua itu karena hasil kerja keras dari Faris (tetanggaku yang lainnya) yang merawatnya dengan baik sampai memvaksinnya. Ada nenek tentunya ada kakek. Kakek kucing ini kami beri nama Pujiket. Kucing yang tidak bertuan ini kalo mengeong bisa bikin telinga sakit. Beneran, entah kenapa suara kucing yang satu ini besar banget kayak speaker. Mungkin karena itu kami menjulukinya kakek sekaligus pemimpin kawasan kaswari pada saat itu. Kemudian lahir lah Pudel, Mawar, dan Melati. Tapi sayangnya yang bertahan hidup hanyalah Pudel. Tak lama kemudian Pudel pun menghilang entah kemana.
Ada pula kucing jantan yang bernama Oren. Sifat khas yang dimiliki Oren yaitu seringnya memanjati atap rumah dan masuk kedalam rumah sekaligus mengambil makanan yang ada didalam rumah tersebut. Karena itu rata-rata masyarakat disini tidak terlalu menyukai Oren. Pernah pada suatu hari ada 3 ekor kucing berwarna persis dengan Oren dan semenjak itu Oren tak muncul lagi. Kami fikir dulu itu merupakan keluarganya yang datang menjemput Oren.
Satu lagi kucing yang tak pernah terlupakan yakni Habibi. Sesuai dengan namanya Habibi (kekasih) kucing ini yang paling disayang oleh kami. Pernah ada satu kisah dimana Habibi dipindahkan ke pasar 16, karena ia keseringan melahirkan. Satu minggu setelah dipindahkan, tak disangka Habibi kembali kerumah. Gak nyangka banget kalo dihitung bisa puluhan kilometer jarak antara rumah kami dengan pasar 16. Dan tak lama dari itu Habibi pun menghilang entah kemana.
Ada pula kucing jantan yang bernama Oren. Sifat khas yang dimiliki Oren yaitu seringnya memanjati atap rumah dan masuk kedalam rumah sekaligus mengambil makanan yang ada didalam rumah tersebut. Karena itu rata-rata masyarakat disini tidak terlalu menyukai Oren. Pernah pada suatu hari ada 3 ekor kucing berwarna persis dengan Oren dan semenjak itu Oren tak muncul lagi. Kami fikir dulu itu merupakan keluarganya yang datang menjemput Oren.
Satu lagi kucing yang tak pernah terlupakan yakni Habibi. Sesuai dengan namanya Habibi (kekasih) kucing ini yang paling disayang oleh kami. Pernah ada satu kisah dimana Habibi dipindahkan ke pasar 16, karena ia keseringan melahirkan. Satu minggu setelah dipindahkan, tak disangka Habibi kembali kerumah. Gak nyangka banget kalo dihitung bisa puluhan kilometer jarak antara rumah kami dengan pasar 16. Dan tak lama dari itu Habibi pun menghilang entah kemana.
Awal tahun 2006 dikejutkan dengan kedatangan kucing yang berwarna seperti Habibi. Pada awalnya kami mengira kucing itu Habibi. Tetapi setelah diselidiki ternyata bukan. Kami pun memberikan nama sesuai dengan pola warna tubuhnya yaitu Belang. Beban ketika kita merawat kucing betina yaitu pastinya kucing tersebut mengeluarkan generasi baru penerus kucing. Dan itulah yang sedang dialami oleh Belang. Sayangnya Belang melahirkan anak kucing yang terlalu kecil. Mungkin karena perutnya yang terlalu sering dipegang. Menyedihkannya semua anaknya Belang wafat dengan menggenaskan. Ada yang kepalanya putus. Ada yang anggota badannya hilang bahkan ada yang dimakan anjing. Semenjak itu Belang pun dipindahkan ke 4 ulu karena takut akan melahirkan lagi.
Selain kabar sedih, pastinya ada kabar gembira. Bubu baru saja melahirkan 3 anak yang sehat (tidak cacat). Sayangnya satu anak kucing meninggal entah penyebabnya apa. Kami pun memberi nama Lolobi dan Lulabi si kembar yang tak terpisahkan. Amu kakaknya Lia mengganti nama Pujiket menjadi Dudu. Katanya Pujiket itu gak cocok. Ya sudah kami manut saja.
Selain kabar sedih, pastinya ada kabar gembira. Bubu baru saja melahirkan 3 anak yang sehat (tidak cacat). Sayangnya satu anak kucing meninggal entah penyebabnya apa. Kami pun memberi nama Lolobi dan Lulabi si kembar yang tak terpisahkan. Amu kakaknya Lia mengganti nama Pujiket menjadi Dudu. Katanya Pujiket itu gak cocok. Ya sudah kami manut saja.
Bubu dan Lulabi
Lolobi
Masih ingat gak sama Beben dan Nabila? 2 kucing ini entah datang dari mana tiba-tiba muncul di rumah lia. Aba lia yang menemukannya pertama kali didekat motor. (gak tau bener apa gak nanti minta koreksi dari lianya). 2 kucing ini diurus sama keluarga Lia dan tumbuh sehat. sayang dulu gak sempet ngambil gambarnya. Sayangnya kucing ini hilang entah kemana. Aku lupa apa penyebab hilangnya, hilang sendiri atau dipindahkan.
Pada tahun 2008, muncullah Ucuk. Asal usul nama Ucuk itu karena ketika kami menemukan kucing tersebut ada kotoran yang masih menempel dibagian ekornya. Ada satu lagi kucing yang bernama Ape Tongseng. Asal usul nama Ape Tongseng karena mata kucing tersebut sangat sipit layaknya orang Cina. Ucuk melahirkan 4 anak yaitu Uci ,Iteng , Belekan, dan Nabil. Pada dasarnya nama Nabil itu adalah Nabilah karena kami dulu mengira Nabil adalah kucing betina ternyata Nabil adalah kucing Jantan. Memang sangat sulit sekali membedakan jenis kelamin anak kucing. Mereka pun diasuh oleh keluarga Lia. Mereka tumbuh pesat. Dan pada saat itu mereka pergi satu persatu dimulai dari Uci dan Iteng. Belekan ketika wafat ditemukan oleh keluarga Lia pada saat subuh,badannya mengeras dan Nabil duduk disebelahnya sambil meratapi Belekan
ini dia Ucuk
Uci dan Nabil
Belekan
Nabil dan Iteng
Tahun 2009, Ape Tongseng entah pergi kemana tanpa kabar dan muncullah Peor : Ape Oranye pengganti Ape Tongseng. Pada tahun inilah ada peristiwa yang tidak akan pernah ter upakan. Dudu dan Bubu merupakan kakek dan nenek kucing di kawasan kami karena merekalah kucing yang terlama tinggal di tempat kami. Ketika itu Dudu sedang mengalami sakit kronis (koreng yang hampir merajalela ditubuhnya) sehingga dia sering menghangatkan tubuhnya dibawah mobil. Semakin hari wajah Dudu semakin seram karena tertutup korengnya. Pada akhirnya Dudu pun wafat.
Awal tahun 2010, muncullah 2 ekor kucing (anggora mix Persia) dirumah kami. Kucing jantan kami beri nama Cemoy yang satunya lagi kami beri nama Buju. Mereka kakak beradik yang ku dapatkan dari teman ibuku. Sebulan kemudian Cemoy dikembalikkan ke tempat asalnya, karena cemoy terlalu nakal. Ternyata teman ibuku yang lain ingin meminta nya dan diberilah cemoy kepadanya. Setelah dalam perjalanan,teman ibuku mengembalikkan cemoy kepemilik aslinya. Dia berpikir mengurus kucing terlalu repot dan membutuhkan budget yang besar.Yang saya dengar,Cemoy telah wafat karena terserang kutu.
Cemoy
Buju
Sekarang sudah pertengahan 2011. Kucing yang tersisa hanyalah Buju, Nabil , dan Lulabi yang berpindah-pindah tempat karena Faris pindah rumah dan dia membawa Bubu dan Lolobi. Peor bersama 6 anaknya yang baru lahir disebelah rumah Lia dan Ucuk yang entah kemana dan kadang-kadang kembali kesini. Itulah riwayat kucing yang pernah ada di benak kami. Kisah ini takkan berakhir sampai disini. Akan ada kelanjutan kisah berikutnya.
_____sincerely_____
_____sincerely_____
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di All About Cats